Tulisan ini lahir karena adanya kebutuhan informasi penulis untuk mendapatkan artikel tentang keluarga muslim teladan yang langsung siap santap. Tulisan ini merupakan sharing dari penulis tentang informasi aktual, yang bersifat sehari-hari dan aplikatif untuk kita terapkan, bukan hanya menjadi teori dan informasi yang sudah kita ketahui dan dapatkan. Diharapkan, setelah pembahasan ini, kita akan tercerahkan dan terbarukan semangatnya untuk bersama-sama membangun keluarga kita masing-masing sebagai keluarga muslim teladan. Namun, dengan keterbatasan waktu, akhirnya tetap konsepsi yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat membangun serta memperkuat komitmen dan kesiapan kita untuk tetap berusaha terus-menerus membangun keluarga kita sebagai keluarga muslim teladan, dengan setiap anggota keluarga yang patut dan pantas menjadi teladan.
“Seseorang pantas dihormati ketika ia memang pantas untuk dihormati” (Pepatah Belanda)
Berikut adalah hal utama yang harus tertanam kokoh dan direalisasikan oleh setiap anggota keluarga:
1. Memiliki tujuan hidup yang jelas
Setiap insan yang cerdas akan senantiasa memiliki tujuan jelas yang ingin berusaha dicapai dan diraihnya, memiliki misi besar yang ingin berusaha direalisasikannya dalam rangka meraih kebahagiaan yang diidamkannya; baik kebahagiaan di dunia atau kebahagiaan di akhirat, atau kebahagiaan pada keduanya
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” (Al-Baqarah: 148).
Sesuatu yang sesuai bagi kemaslahatan individu, pada umumnya sesuai pula bagi kemaslahatan keluarga, bahkan bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan.
2. Tentukan cara mencapai tujuan, bekerja keras dan cerdas untuk merealisasikannya
Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang menakjubkan bagaimana cara menentukan tujuan dan bekerja keras untuk meraih dan merealisasikannya, meskipun harus menanggung beban berat dan rasa letih, meskipun harus menghadapi banyak musuh dan sekutunya, meskipun ada usaha tipu daya dari para pembuat makar
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)” (Al-Qalam: 9).
Maka beliau pun bersabda:
يا عمَّاه.. والله لو وضعوا الشمس في يميني والقمر في يساري على أن أترك هذا الأمر ما تركته حتى يظهره الله أو أهلك دونه
“Wahai Pamanku… Demi Allah sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau menghancurkannya”.
3. Menyeru diri sendiri dan keluarga terdekat kepada Allah sebelum menyeru orang lain;
4. Membimbing diri sendiri dan keluarga terdekat terlebih dahulu, lalu berusaha pula membimbing manusia;
5. Memberikan keteladanan kepada akhlak dan perilaku mulia;
6. Menyebarkan nilai-nilai kebaikan;
7. Bersabar saat menghadapi berbagai cobaan, baik yang menyenangkan maupun siksaan;
8. Tidak surut menghadapi rintangan;
9. Konsisten pada kebenaran;
10. Bersama berbagai unsur kebaikan berusaha mendirikan daulah yang berada dalam naungan petunjuk kebenaran dan keadilan, mengupayakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi seluruh manusia;
11. Mempertahankan agama yang mulia ini serta menyebarkan risalah ke seantero alam
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imran: 110).
Dua target yang perlu direalisasikan dalam diri setiap anggota keluarga:
حدد الإمام البنا في (رسالة المؤتمر السادس) غايتين لجماعته المباركة فقال: ”يعمل الإخوان المسلمون لغايتين: غاية قريبة يبدو هدفها وتظهر ثمرتها من أول يوم ينضم فيه الفرد إلى الجماعة، تبدأ بتطهير النفس وتقويم السلوك وإعداد الروح والعقل والجسم لجهاد طويل (وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا ﴿ ٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿8﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿9 ﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿ 10﴾ (الشمس)، وغاية بعيدة: لا بد فيها من توظيف الأحداث وانتظار الزمن وحسن الإعداد وسبق التكوين، تشمل الإصلاح الشامل الكامل لكل شئون الحياة، وتتعاون عليه قوى الأمة جميعها، وتتناول كل الأوضاع القائمة بالتغيير والتبديل لتحيا من جديد الدولةُ المسلمة وشريعة القرآن.. (ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿ 18 ﴾إِنَّهُمْ لَن يُغْنُوا عَنكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْض وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ ﴿ 19﴾ (الجاثية).
Imam Al-Banna dalam risalah al-Muktamar ke-6 menargetkan dua tujuan bagi jamaah yang penuh berkah ini. Mengadopsi target tersebut, setiap individu dalam keluarga dapat mengadopsinya. Kedua target tersebut adalah:
1. Target jangka pendek:
Dimulai dengan target mensucikan dan membersihkan diri, meluruskan perilaku, menyiapkan ruh, jasad dan akal untuk berjihad yang panjang:
وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Demi jiwa yang diciptakan dengan sempurna, lalu diberikan ilham jahat dan taqwa, sungguh beruntung bagi siapa yang berusaha mensucikannya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya” (As-Syams: 7-10).
2. Tujuan jangka panjang:
a. Melakukan persiapan dan pembentukan, mencakup perbaikan yang komprehensif dan integral ke dalam seluruh lini kehidupan;
b. Bekerja sama dengan seluruh potensi yang dimiliki oleh umat untuk menghidupkan negara muslim, syariat serta hakikat Al-Quran:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ . إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari siksaan Allah dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa” (Al-Jatsiyah: 18-19).
Kedua target keluarga tersebut merupakan bagian target jamaah IM seiring dengan konsepsi Imam Al-Banna yang telah menetapkan misi besar dan agung tersebut dengan beberapa tujuan periodik dan sarana yang terperinci, diawali dengan tujuan melakukan perbaikan bagi setiap individu, kemudian membangun keluarga, lalu masyarakat, kemudian pemerintah lalu khilafah yang penuh berkah lalu menjadi pemimpin dunia. Pemimpin yang membawa hidayah, pemberi arahan, kebenaran dan keadilan.
ولقد حدد الإمام البنا لتلك الغاية العظمى أهدافًا مرحلية ووسائل تفصيلية.. تبدأ بإصلاح الفرد ثم بناء الأسرة ثم إقامة المجتمع ثم الحكومة فالخلافة الراشدة فأستاذية العالم.. أستاذية الهداية والرشاد والحق والعدل. وبين أن هذه الغايات والأهداف تحتاج بعد تحديدها ووضوحها إلى جِديَّة في التنفيذ، وإصرار على الإنجاز، وتدرج فى الخطوات، واستمرار فى العمل، وضم الصفوف بالإقناع لا بالإجبار، وبالحب لا بالجبروت (فَذَكِرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِرٌ ﴿ ١8 ﴾لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِر ﴿ 19﴾ (الغاشية)، (وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِجَبَّار فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ 45﴾ (ق)، ثم الثبات على الطريق مهما اعترضته من عقبات وشدائد أو مكائد ومؤامرات،
Keluarga muslim teladan adalah keluarga yang mampu merealisasikan tujuan periodik dan empat sarana tersebut dan teguh melaksanakannya sampai akhir usia.
Imam Syahid Hasan al-Banna juga menjelaskan bahwa tujuan dan misi ini, meskipun telah ditetapkan targetnya dan penjelasannya, membutuhkan adanya:
1. Kesungguhan dalam mengeksekusinya;
2. Membutuhkan kerja keras untuk mencapainya;
3. Langkah-langkah bertahap;
4. Kerja yang berkesinambungan dan kontinyu;
5. Kesatuan barisan dengan penuh kepuasan bukan pemaksaan, dengan cinta bukan kekerasan.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ. لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
“Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. (Al-Ghasyiah: 21-22)
وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
“Dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku” (Qaaf: 45).
6. Kemudian tsabat di jalan dakwah, sekali pun harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, siksaan, tipu daya dan konspirasi. Dalam risalah yang sama beliau juga berkata:
إن تكوين الأمم وتربية الشعوب وتحقيق الآمال ومناصرة المبادئ تحتاج من الأمة التي تحاول هذا، أو من الفئة التي تدعو إليه على الأقل إلى قوة نفسية عظيمة تتمثل فى عدة أمور: إرادة قوية لا يتطرق إليها ضعف، ووفاءٍ ثابت لا يعدو عليه تلون ولا غدر، وتضحية عزيزة لا يحول دونها طمعٌ ولا بخل، ومعرفةٍ بالمبدأ وإيمان به وتقدير له، يعصم من الخطأ فيه والانحراف عنه والمساومة عليه والخديعة بغيره
“Bahwa pembentukan umat dan pembinaan bangsa, mewujudkan impian dan cita-cita serta mempertahankan prinsip-prinsip sangat membutuhkan dari umat yang memiliki kecenderungan perkara ini atau kelompok yang menyeru kepadanya minimal kekuatan jiwa yang kokoh berupa hal-hal berikut:
- Keinginan yang kuat yang tidak pernah terbetik sedikit pun perasaan lemah.
- Pemenuhan janji yang kokoh yang tidak pernah sedikitpun ternodai oleh kontaminasi muslihat dan tipu daya.
- Pengorbanan yang besar yang sedikit pun tidak pernah berubah karena ketamakan dan kekikiran.
- Mengenal dan memahami prinsip dan keimanan kepadanya dan penghargaan untuknya, sehingga hatinya terlindungi dari kekeliruan, penyimpangan, konspirasi dan tipu muslihat dengan yang lainnya”.
Sudah sunnatullah bahwa para penentang dan pembangkang selalu berupaya, dengan sengaja atau tidak sengaja, meletakkan berbagai macam hambatan, rintangan, dan membuat umat Islam sibuk dengan pertempuran internal. Mereka meluncurkan berbagai klaim glamor namun bohong, untuk memecah belah barisan umat Islam agar tenggelam dalam berbagai perdebatan yang tak berguna. Rasulullah SAW telah memperingatkan perkara tersebut:
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ
“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah diberikan hidayah dan petunjuk kepadanya kecuali karena perdebatan yang tidak berguna”.
Bahkan permasalahannya telah sampai pada tahapan pertempuran dan konfrontasi yang beragam, Kita harus tetap fokus kepada agenda besar dan tujuan mulia dakwah Rasulullah SAW:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Al-An’am:153)
Kita pun harus berhati-hati terhadap berbagai usaha yang ingin memecah belah umat ke arah yang berbeda dan saling berbenturan karena kita membutuhkan kepada semua energi dan potensi umat dan pengalaman-pengalamannya. Kita membutuhkan semangat para pemuda dan kekuatan yang dimilikinya. Kita membutuhkan kebijaksanaan para orang tua dan pengalaman mereka dalam jihad yang telah mereka lakukan, yang menyatukan mereka semua dalam suasana cinta sejati, ketulusan, kepercayaan dan tujuan bersama. Itu semua berawal dan berwujud dari keluarga kokoh yang pantas menjadi teladan umat.
ولنستمع إلى إمامنا الشهيد في خطابه للمخلصين العاملين من الشباب والشيوخ: “ألجموا نزوات العواطف بنظرات العقول، وأنيروا أشعة العقول بلهب العواطف، وألزموا الخيال صدق الحقيقة والواقع، واكتشفوا الحقائق في أضواء الخيال الزاهية البرَّاقة، ولا تميلو كل الميل فتذروها كالمُعَلَّقة، ولا تصادموا نواميس الكون فإنها غلاّبة، ولكن غالبوها واستخدموها وحولوا تيارها، واستعينوا ببعضها على بعض”.
Terkait dengan hal tersebut, mari kita simak ucapan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam sambutannya di hadapan para aktivis yang ikhlas dari kalangan orang tua dan muda:
”Marilah kita membungkam keinginan emosi dengan tatapan akal yang jernih. Marilah kita sinari pikiran dengan letupan emosi yang berapi-api. Berkomitmenlah dengan impian dalam bentuk yang nyata dan realitas. Marilah kita temukan fakta-fakta yang ada dalam imajinasi yang cerah dan cemerlang. Janganlah kamu terlalu cenderung kepada apa yang kamu cintai sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung, dan jangan melakukan bentrokan dengan hukum alam karena pasti dia yang akan memenangkannya. Namun berusahalah untuk mengendalikannya, memanfaatkannya dan menyetir haluan dan arusnya, dan berusahalah untuk saling memberikan bantuan satu sama lain. ”
Sumber: DakwaTuna